Tuesday, May 9, 2017

Syarat dan Aturan Standar Plate Count (SPC)

     Standar Plate Count (SPC), menjelaskan mengenai bagaimana cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu bahan pangan yang dianalisis.

     Syarat dari SPC yaitu :
  1. Jumlah koloni yang dihitung percawan antara 30 - 300 koloni
  2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu, merupakan satu koloni yang dihitung jumlahnya sebagai satu koloni
  3. Satu deretan rantai koloni yang membentuk garis tebal dihitung sebagai satu koloni
     Adapun peraturan-peraturan dalam SPC yaitu :
  1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari 2 angka, yaitu angka pertama dan angka kedua. Jika angka ketiga lebih besar atau sama dengan 5, maka dilatkan satu angka lebih tinggi.
  2. Jika semua pengenceran menghasilkan koloni lebih kecil dari 30, maka hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung.
  3. Jika semua pengenceran menghasilkan koloni lebih besar dari 300, maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung.
  4. Jika cawan dalam 2 tingkat pengenceran menghasilkan koloni antara 30 - 300, maka kedua pengenceran tersebut harus dibandingkan terlebih dahulu. Jika perbandingan dari kedua pengenceran lebih kecil atau sama dengan 2, maka tentukan rata-rata kedua nilai dengan memperhitungkan tingkat pengenceran. Jika perbandingan dari kedua pengenceran lebih besar dari 2, maka yang dilaporkan adalah hasil yang terkecil.
  5. Jika digunakan dua cawan petri per pengenceran (duplo), maka data yang diambil harus diambil dari kedua cawan, idak boleh salah satunya.
    
     Adapun rumus untuk menghitung jumlah koloni per ml adalah sebagai berikut:

Jumlah koloni per ml = jumlah koloni per cawan x (1/Fp)

Keterangan: Fp = Faktor pengenceran (Pengenceran awal x Pengenceran selanjutnya x Koloni yang ditumbuhkan)

Katalis dan Ciri-Ciri Katalis

     Katalis adalah suatu zat yang mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi perubahan secara kimia pada akhir reaksi. Dengan kata lain, katalis adalah zat yang mempercepat terjadinya reaksi kimia tetapi tidak ikut bereaksi dalam reaksi tersebut.

     Berdasarkan fasenya, katalis dibagi menjadi dua bagian, yaitu fase heterogen dan fase homogen. Fase heterogen adalah fase dimana wujud katalis berbeda dengan wujud zat yang bereaksi.Contoh katalis berwujud gas (g) sedangkan zat yang bereaksi berwujud aqua (aq). Sedangkan Fase homogen adalah fase dimana wujud katalis sama dengan wujud zat yang bereaksi.Contoh katalis berwujud gas (g) sedangkan zat yang bereaksi juga berwujud gas (g).

     Ciri-ciri katalis meliputi :
  1. Komposisi kimia katalis tidak berubah setelah reaksi
  2. Katalis digunakan dalam jumlah yang relatif sedikit
  3. Tidak mempengaruhi keadaan akhir suatu reaksi
  4. Tidak memulai suatu reaksi tetapi mempengaruhi laju reaksi
  5. Bekerja secara spesifik
  6. Mempunyai temperatur optimum
  7. Dapat diracuni oleh suatu zat yang relatif sedikit.

Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar Pewarnaan Gram



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
PEWARNAAN GRAM

Nama               : Indra Darmawan  M
NIM                : J1A116038
Kelompok       : 3 (Tiga)
Shift                : 1 (Satu)
Asisten            : Hirayati, S.Si




 










Nilai Laporan
Tanggal Terima Laporan dan

Paraf Asisten

















PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu monobasil, diplobasil, tripobasil, dan sebagainya. Sedangkan pada bentuk  kokus dibagi monokokus, diplococcus, staphylococcus, dan sebagainya. Khusus pada spiral hanya dibagi 2 yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung. 

Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah. Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospore yang bisa diwarnai. Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan sampai kondisi menjadi baik (Rudi, 2010).

Teknik pewarnaan gram haruslah sesuai prosedur karena dapat mengakibatkan kesalahan identifikasi data apakah gram positif atau gram negatif sehingga diperlukan adanya praktikum ini dilakukan agar mengetahui jalannya mekanisme pewarnaan gram. Habitat endospora bakteri ini adalah tanah. Mikroba tersebut dalam bentuk spora yang kekurangan nutrisi. Organisme ini dapat menghasilkan antibiotik selama sporulation. Contohnya polymyxin, difficidin, subtilin, dan mycobacillin. Banyak dari mikroba Bacillus dapat menurunkan Polymers seperti protein, pati, dan pektin, sehingga bakteri ini merupakan penyumbang penting kepada siklus karbon dan nitrogen. Akan tetapi apabila terkontaminasi, dapat menyebabkan pembusukan. Berdasarkan pewarnaan sel vegetatif didapatkan warna kemerahan dan warna endosporanya adalah hijau (Schaechter, 2006).
          
1.2 Maksud dan Tujuan
            Untuk membedakan bakteri gram positif dan gram negatif dengan melihat dinding sel.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya . Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa dan pada umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin (Lay, 1994).

Penggunaan zat pewarna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negative (Dwidjoseputro, 1998).

Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadioetomo. 1990).

Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadioetomo. 1990).

Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif. Dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna. (Dwidjoseputro, 1998)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal  3 Mei 2017,  pukul 08.00-10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Dasar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain autoklaf, 2 tabung reaksi, 2 cawan petri, bunsen,jarum ose, dan rak tabung reaksi.
3.2.2 Bahan
       Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain aquades, media NA yang telah ditumbuhi bakteri, aluminium foil, plastik wrap, dan kapas.

3.3 Skema Kerja
1.      Siapkan semua alat dan bahan.
2.      Persiapan preparat sampel. Kaca objek disterilkan dengan alkohol.
3.      Fiksasi.
4.      Tetesi 2-3 tetes pewarna 1 (violet kristal) keatas sampel.
5.      Diamkan selama ± 1 menit.
6.      Bilas dengan akuades dengan cara dialiri.
7.      Berikan 2-3 tetes larutan lugol / yodium. Biarkan selama selama ± 1 menit.
8.      Bilas kembali dan kering anginkan.
9.      Beri 2-3 tetes alkohol 95%. Biarkan selama ± 10-20 detik.
10.  Cuci sebentar.
11.  Tetesi 2-3 tetes pewarna 2 (Safranin) keatas sampel.
12.  Bilas dengan akuades dan keringkan dengan tisu.
13.  Amati dengan mikroskop dengan diberi minyak imersi terlebih dahulu.



BAB IV
ISI
4.1 Data Pengamatan
Tabel hasil

Jenis Bakteri
Bentuk Bakteri
Pengamatan pada perbesaran 10
Pengamatan Pada Perbesaran 100
Bakteri Gram



Bacillus sp
Monobasil (basil tunggal)
Berwarna ungu
Berbentuk basil tunggal
Positif


4.2 Analisa Data

Berdasarkan terori yang melandasi, bakteri gram positif akan berwarna ungu dari mulai diberikan larutan kristal violet sampai dengan safranin, sedangkan bakteri gram negatif saat diberikan larutan kristal violet akan berwarna ungu, saat diberi alkohol tidak berwarna, dan saat diberi safranin warnanya menjadi kemerahan.
Saat di bawah mikroskop praktikan mengamati menggunakan perbesaran 10x untuk melihat warna yang dihasilkan bakteri untuk melihat bakteri tersebut termasuk bakteri gram positif atau negatif. Selanjutnya praktikan mengamati menggunakan perbesaran 100x untuk melihat bentuk bakteri yang lebih detail lagi. Dan didapatkan hasil bahwa bakteri tersebut berwarna ungu (bakteri gram positif) dan berbentuk monobacillus ( basil tunggal). Dan diperolehlah jenis bakteri tersebut yaitu Bacillus sp.

4.3 Pembahasan

Pengecatan gram merupakan salah satu teknik pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri (mikroorganisme). Menurut Wahyuningsih, (2008),  zat warna yang digunakan pada pengecatan Gram meliputi crystal violet , yodium , alkohol dan safranin. Fungsi dari masing-masing zat warna tersebut adalah :


            1.      Crystal Violet
Berwarna ungu yang merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikroorganisme target. Crystal Violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam , dengan begitu sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu).
            2.      Yodium
Merupakan pewarna Mordan , yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberian yodium pada pewarnaan gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri.
            3.      Alkohol
Solven organik yang berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan, yaitu bakteri akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna   
4          4.      Safranin
Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, memberikan warna pada mikroorganisme non target.

Pewarnaan gram dilakukan untuk mengelompokkan bakteri menjadi 2 yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pada pewarnaan gram, hasil yang didapat akan ditentukan dari komposisi dinding sel bakteri. Pada pewarnaan gram ini, reagen yang digunakan ada 4 jenis, yaitu kristal violet, iodine, alkohol dan safranin. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu dari kristal violet sehingga ketika diamati dengan mikroskop akan menunjukkan warna ungu sedangkan bakteri gram negatif tidak dapat mempertahankan warna ungu dari kristal violet tetapi zat warna safranin dapat terserap pada dinding sel sehingga akan memperlihatkan warna merah. Uji biokimia untuk gram negative adalah uji oksidasi sedangkan untuk gram positif dapat dilakukan pewarnaan endospora (Pratita, 2012)

Ditinjau dari komponen penyusun dinding sel bakteri gram positif relatif lebih sederhana berbanding bakteri gram negatif yaitu terdiri dari dua sampai tiga lapis membrane sitoplasma yang tersusun dari asam teikhik dan asam teikhouronik berupa polimer yang larut dalam air, sedangkan dinding sel bakteri negatif lebih kompleks dan lebih tebal, tersusun dari peptidoglikon, lipoprotein dan lipopolisakarida, sehingga dinding sel bakteri gram positif lebih permeable terhadap senyawa yang bersifat hidrofil dibandingkan sel bakteri gram negatif (Fatimah, 2006).

Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana, dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri gram negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih kompleks. Membran bagian luar pada dinding sel gram negatif mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. ( Campbell, 2003 ).

Bakteri gram positif dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada saat pewarnaan gram, sedangkan bakteri gram negatif tidak dapat mempertahankan warna metil ungunya setelah dilias oleh alkohol. Akan tetapi saat bakteri ditetesi oleh safranin, maka bakteri gram negatif akan menjadi warna merah. Menurut Suriawiria (1985), hal ini disebabkan oleh perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel  dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidoglikogen yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negatif lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).




BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bakteri gram positif setelah pewarnaan gram akan tetap berwarna biru yang didapat dari crystal violet, sedangkan bakteri gram negatif akan berubah menjadi merah yang didapat dari sakranin. Hal ini terjadi karena perbedaan peptidoglikannya, dimana bakteri gram positif memiliki sebagian besar peptidoglikan sedangkan bakteri gram negatif hanya memilik sedikit peptidoglikan dan lipoprotein.

5.2 Saran
Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan harus bisa menguasai cara kerja yang akan dikerjakan. Selain itu, ketelitian juga perlu ditingkatkan mengingat pada beberapa praktikum yang telah dilakukan masih ada saja kesalahan dalam melakukan langkah kerja. Lalu, praktikan harus meninggalkan kebiasaan buruk dan melakukan kebiasaan baik, serta pengerjaannya harus benar-benar aseptis.

Wednesday, May 3, 2017

Pantun, ciri-ciri utama, dan syarat-syaratnya

      Secara bahasa, pantun berasal dari bahasa jawa kuno yaitu "tuntun", yang berarti mengatur atau menyusun. Secara istilah, pantun adalah bentuk puisi lama Melayu Indonesia yang terdiri dari empat larik, berima (bersajak) silang (a-b-a-b),  dan memiliki makna yang penting. 

      Ciri-ciri utama pantun adalah sebagai berikut :

  • Pantun mempunyai bait, setiap bait pantun disusun oleh baris-baris. Satu bait terdiri dari 4 baris. 
  • Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata. 
  • Setiap baris terdiri dari 4-6 kata
  • Setiap bait pantun terdiri dari sampiran dan isi. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi. 
  • Pantun bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a.
      Adapun syarat-syarat sebuah pantun adalah sebagai berikut :
      a. Satu bait pantun terdiri dari 4 baris
      b. Baris ke-1 dan ke-2 adalah sampiran dan baris ke-3 dan ke-4 adalah isi pantun
      c. Satu baris pantun terdiri dari 8 - 12 suku kata
      d. Bersajak a-b-a-b


Tuesday, May 2, 2017

Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar Peremajaan dan Transfer Mikroba



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
PEREMAJAAN DAN TRANSFER MIKROBA

Nama               : Indra Darmawan  M
NIM                : J1A116038
Kelompok       : 3 (Tiga)
Shift                : 1 (Satu)
Asisten            : Hirayati, S.Si




 










Nilai Laporan
Tanggal Terima Laporan dan

Paraf Asisten

















PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
       Dalam teknik biakan murni tidak hanya diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan, meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang murni. Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan.
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur atau biakan murni. ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour plate), serta mikromanipulator (the micromanipulator methods).
      Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi. Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja.

1.2 Maksud dan Tujuan
      1.      Untuk mengetahui proses meremajakan dan transfer mikroba.
      2.      Agar memudahkan mikroba untuk hidup kembali atau memperpanjang umur mikroba. 
      3.      Untuk memperoleh biakan murni dari salah satu bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
     Pemindahan bakteri dari medium lama kemedium yang baru atau dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat-alat yang akan dignakan untuk pengerjaan medium dan pengenceran inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh didalam medium adalah benar-benar biakan murni (Dwidjoseputro, 2005).
      Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangattinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agarsemua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agarmenghindari terjadinya kontaminasi (Dwidjoseputro, 2005).
     Menurut Pelczar dan Michael (1986) ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman atau  peremajaan  bakteri (inokulasi) yaitu :
      1.      Menyiapkan ruangan
       Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataanserum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast ) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalanagar tekena sinar ultraviolet.
       2.      Pemindahan dengan dengan pipet
       Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.
       3.      Pemindahan dengan kawat inokulasi
       Kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau  nikel. Ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri, kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyalaapi saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala.

      Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulang  kali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau padat. Kekeruhan dalam kaldu menunjukkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk pada dasar tabung maka akan membentuk sedimen, sedangkan pada permukaan kaldu pertumbuhannya terlihat sebagai pelikel.
       Selain dalam media cair, mikroorganisme juga memperlihatkan pertumbuhan dengan ciri tertentu dalam biakan padat seperti agar miring atau lempengan agar. Agar miring lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan murni sedangkan agar lempengan lazimnya digunakan untuk memurnikan mikroorganisme. 
       Menurut Galung (2009), ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan didalam medium diantaranya adalah:
      1.      Metode Cawan Gores
      Metode ini memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu, namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pegalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanykan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang larut dan cenderung untuk menggunakan inokolum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digores.
      2.       Metode Cawan Tuang
       Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba didalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu diatara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah diatas permukaan maupun didalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi.



BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
      Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal  19 April 2017, pukul 08.00-10.00 WIB serta pengamatan pada hari Rabu, tanggal 26 April 2017 pukul 08.00 WIB sampai selesai, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Dasar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain autoklaf, 2 tabung reaksi, 2 cawan petri, bunsen,jarum ose, dan rak tabung reaksi.
3.2.2 Bahan
       Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain aquades, media NA yang telah ditumbuhi bakteri, aluminium foil, plastik wrap, dan kapas.

3.3 Skema Kerja
      1.      Siapkan semua alat dan bahan.
      2.      Sterilkan semua alat dan bahan. Alat disterilkan di dalam oven di dalam oven dengan suhu 180˚ C selama 2 jam, dan bahan disterilkan di dalam autoklaf dengan suhu 121˚ C selama 15 menit pada tekanan 2 atm.
      3.      Tuangkan masing-masing 8-12 mL media NA cair ke dalam 2 cawan petri.
      4.      Tuangkan masing-masing 5-8 mL media NA cair ke dalam 2 tabung reaksi.
      5.      Tunggu hingga media tersebut menjadi padat.
      6.      Pilihlah bakteri dari media sebelumnya yang telah ditumbuhi bakteri yang akan diremajakan.
       7.      Pindahkan bakteri tersebut dari cawan petri yang lama ke cawan petri dan tabung reaksi yang baru yang berisi media NA dengan menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan didinginkan sesaat.
       8.      Goreskan jarum ose pada media yang telah memadat dengan menggunakan metode gores.
       9.      Sumbat mulut tabung rreaksi dengan kapas dan tutupi dengan alumunium foil.
      10.  Balut cawan petri dan tabung reaksi dengan menggunakan plastik wrap.
      11.  Beri label pada masing-masing cawan petri dan tabung reaksi.
      12.  Inokulasikan selama seminggu.
      13.  Amati hasil percobaan dan catat hasil yang diperoleh.


BAB IV
ISI
4.1 Data Pengamatan
Tabel Hasil
No.
Media Pertumbuhan
Warna
Form
Elevation
Margin
1.
Cawan Petri 1
Cokelat
Irregular
Umbonate
Undulate
2.
Cawan Petri 2
Hijau keabu-abuan
Irregular
Umbonate
Lobate
3.
Tabung Reaksi 1
Merah keunguan
Filamentaus
Crateriform
Lobate
4.
Tabung Reaksi 2
Merah keunguan
Circular
Convex
Entire

4.2 Analisa Data
          Pada cawan petri pertama media di tumbuhi oleh koloni bakteri yang berwarna cokelat dan memiliki Form (Irregular), Elevation (Umbonate), serta margin (Undulate).  Pada cawan petri kedua media di tumbuhi oleh koloni bakteri yang berwarna hijau keabu-abuan dan memiliki Form (Irregular), Elevation (Umbonate), serta margin (Lobate).  Pada tabung reaksi pertama media di tumbuhi oleh koloni bakteri yang berwarna merah keunguan dan memiliki Form (Filamentaus), Elevation (Crateriform), serta Margin (Lobate). Pada tabung reaksi kedua media di tumbuhi oleh koloni bakteri yang berwarna merah keunguan dan memiliki Form (Circular), Elevation (Convex), serta Margin (Entire).
       Media NA tempat peremajaan bakteri hanya ditumbuhi oleh sejenis bakteri saja. Hal itu menunjukkan bahwa percobaan berhasil tanpa ada kontaminasi dari mikroba lainnya dan dapat diperoleh kultur murni dari bakteri yang diremajakan.

4.3 Pembahasan
      Isolasi mikroba merupakan cara memisahkan mikroorganisme biakan yang bersifat murni. Banyak hal-hal penting atau prinsip-prinsip kerja yang benar dapat memudahkan nantinya saat proses identifikasi mikroba.
       Peremajaan biakan dan kultur padat pada bakteri dilakukan dengan memindahkan atau memperbarui biakan bakteri dari biakan lama ke medium tumbuh yang baru secara berkala. Teknik peremajaan biakan merupakan cara paling tradisional yang digunakan peneliti untuk memelihara koleksi isolat mikroba di laboratorium. Peremajaan biakan ini juga bertujuan untuik menyelamatkan isolat bakteri dari kontaminasi oleh bakteri lain dan memberikan penyegaran pada nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.
        Peremajaan kultur bakteri dengan menggunakan medium segar dengan jenis yang sama seperti medium awal bertujuan untuk mempercepat fase adaptasi dan mempersiapkan sel pada fase eksponensial. Bakteri yang berada dalam fase eskponensial atau tahap propagasi ini mensintesis enzim dan mengatur aktivitasnya sehingga mampu tumbuh lebih efisien dalam kondisi baru. Peremajaan juga memberikan nutrisi baru bagi bakteri sehingga sel-selnya dapat tumbuh sehat. Nutrient agar (NA) merupakan medium yang umum digunakan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Medium NA dapat digunakan pada beberapa bakteri kosmopolit.
      Peremajaan biakan isolat bakteri menggunakan tabung reaksi pada agar miring dan kultur padat menggunakan cawan petri. Kultur padat dilakukan menggunakan metode goresan zig zag.
Keuntungan media agar miring adalah luas permukaan yang kecil sehingga peluang kontaminasi rendah dan dapat memperluas bidang untuk digunakan strain murni (indukan murni). Sedangkan kerugiannya hanya memuat sedikit mikroorganisme. Media agar untuk bakteri digunakan media NA (Nutrien agar) karena yang komposisinya ekstrak daging sapi didalamnya mengandung protein, karbohidrat, vitamin dan sedikit lemak juga terdapat beberapa faktor pertumbuhan yang tidak mampu mensintesis mikroorganisme.











BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
     1.      Peremajaan bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru. Pada peremajaan bakteri dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
     2.      Pada hasil yang telah didapat, diperoleh hasil bahwa dalam masing-masing media baru, hanyalah ditumbuhi oleh kultur murni dari suatu bakteri, dimana hanya ada satu jenis koloni yang tumbuh pada media baru tersebut
      3.      Praktikum kali ini berhasil, dimana bakteri yang diremajakan berhasil tumbuh pada media baru. Hal ini akan memperpanjang umur bakteri yang telah dibiakkan.

 5.2 Saran
Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan harus bisa menguasai cara kerja yang akan dikerjakan. Selain itu, ketelitian juga perlu ditingkatkan mengingat pada beberapa praktikum yang telah dilakukan masih ada saja kesalahan dalam melakukan langkah kerja. Lalu, praktikan harus meninggalkan kebiasaan buruk dan melakukan kebiasaan baik, serta pengerjaannya harus benar-benar aseptis.