Wednesday, April 19, 2017

Laporan Praktikum Mikrobiologi PENGENCERAN DAN PENANAMAN MIKROBA



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
PENGENCERAN DAN PENANAMAN MIKROBA

Nama               : Indra Darmawan  M
NIM                : J1A116038
Kelompok       : 3 (Tiga)
Shift                : 1 (Satu)
Asisten            : Hirayati, S.Si




Nilai Laporan
Tanggal Terima Laporan dan

Paraf Asisten


















PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga macam ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
Isolasi adalah kegiatan untuk memisahkan bakteri yang diinginkan dengan bakteri pengkontaminan. Tahapan awal untuk isolasi adalah inokulasi. Inokulasi adalah tahapan penanaman bakteri yang akan dikembangkan kedalam media. Penanaman ini dapat menggunakan jarum ose. Alat yang digunakan harus steril, sehingga benar-benar isolat murni yang didapat.
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui dan mengerti cara mengisolasi pertumbuhan mikroba dengan cara yang benar dan aseptis dan dapat mempelajari pertumbuhan mikroba.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral dan yang lazim dipakai yaitu akuades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan.
Di sini dilakukannya pengenceran ialah untuk untuk mendapatkan jumlah koloni yang dapat di hitung jika dilakukan dalam suatu ruang lingkup yang terbatas.
1.2  Maksud dan Tujuan
1.      Memahami persiapan dan pelaksanaan pengenceran bertingkat suspensi bakteri
2.      Mengenal dan memahami teknik-teknik isolasi bakteri


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media pembiakan. Secara mendasar, ada dua cara perhitungan bakteri, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalaha dengan membuat preparat dari suatu bahan dan penggunaan ruang hitung. Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja. Dalam pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan petri, perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil, dan cara kekeruhan atau turbidimetri. (Wheeler,1993)
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat bakteri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang ,menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut biakan murni. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari camouran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya. (Nur dan Asnani, 2007)
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Menurut Hadioetomo dan Ratna Siri (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu:
1.    Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yanti menghemat bahan dan waktu. metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2.    Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan specimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan (±500C) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam specimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perku dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan tersebut mengandung koloni terpisah diatas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
3.    Teknik sebar (spread plate)
Teknik isolasi mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan digunakan.
4.    Teknik pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
5.    Teknik micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian dipempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan isolasi mikroba.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal  12 April 2017, pukul 08.00-10.00 WIB dan 15.30-17.00 WIB serta hari kamis, tanggal 13 April 2017 pukul 16.30 sampai selesai, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Dasar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain batang pengaduk, cawan petri, erlenmeyer 100 mL, gelas ukur, hot plate, tabung reaksi, rak tabung reaksi dan neraca analitik.
3.2.2 Bahan
       Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain aquades, roti, media NA,alkohol 70%, aluminium foil, plastik wrap, dan kapas.
3.3 Skema Kerja
Penanaman bakteri menggunakan teknik tuang/pour plate dengan pengenceran sampel.
1.      Siapkan semua alat dan bahan
2.      Beri label pada tabung erlenmeyer steril 10-1,
3.      Beri label pada 4 tabung reaksi masing-masing 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5.
4.      Beri label pada cawan petri masing-masing 10-3A, 10-4A, dan 10-5A, serta  10-3B, 10-4B, dan 10-5B,
5.      Panaskan dan sterilkan media NA beku hingga mencair.
6.      Dingikan sampai kira-kira 550C.
7.      Tumbuk sampel roti dengan mortar sampai halus.
8.      Ambil 5 gram sampel roti lalu tambahkan aquades 95 mL untuk pengenceran 10-1 dan homogenkan.
9.      Ambil 1 mL dari tabung 10-1 dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-2 dan homogenkan.
10.  Ambil 1 mL dari tabung 10-2 dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-3 dan homogenkan.
11.  Ambil 1 mL dari tabung 10-3 dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-4 dan homogenkan.
12.  Ambil 1 mL dari tabung 10-4 dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-5 dan homogenkan.
13.  Ambil masing-masing 1 mL sampel dari pengenceran 10-5 dan masukkan kedalam cawan petri 10-5A dan 10-5B.
14.  Ambil masing-masing 1 mL sampel dari pengenceran 10-5 dan masukkan kedalam cawan petri 10-4A dan 10-4B.
15.  Ambil masing-masing 1 mL sampel dari pengenceran 10-5 dan masukkan kedalam cawan petri 10-3A dan 10-3B.
16.  Masukkan media NA sekitar 8-12 mL yang temperaturnya ±550C dan tunggu hingga mengeras
17.  Balut seluruh cawan petri dengan plastik wrap, jangan sampai ada udara yang bisa masuk.
18.  Masukkan seluruh cawan petri yang telah dibalut dengan plastik wrap kedalam incubator dalam posisi terbalik.
19.  Amati koloni yang timbul.

Catatan :
Dalam pengambilan sampel harus benar-benar dilakukan secara aseptis dan bisa meminimalisasi kontaminasi yang mungkin terjadi, pengerjaannya harus berada didekat bunsen dan jika selesai mengambil atau menuangkan sampel langsung tutup kembali tabung reaksi atau cawan petrinya dengan kapas. Pipet tetes tidak boleh digunakan 2x untuk sampel yang berbeda, sebelum pengerjaan pipet tetes harus dicuci dengan alkohol 70% serta akuades berselang-seling selama 2x. Semua alat dan media harus benar-benar dalam kondisi steril.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No.
Cawan Petri
Jumlah Koloni
1.
10-3 A
-          1 koloni berbentuk circular besar dan berwarna putih
-          1 koloni berbentuk circular sedang dan berwarna putih
-          32 koloni berbentuk circular kecil dan berwarna putih
2.
10-3 B
-          Belum ditumbuhi mikroba
3.
10-4 A
-          Belum ditumbuhi mikroba
4.
10-4 B
-          22 koloni berbentuk circular kecil dan berwarna putih
5.
10-5 A
-          15 koloni berbentuk circular kecil dan berwarna putih
6.
10-5 B
-          Belum ditumbuhi mikroba

4.2 Analisa Hasil
10-3
10-4
10-5
34
-
15
-
22
-

Karena yang memenuhi nilai SPC hanya cawan 10-3 A, maka yang dihitung hanya jumlah koloni yang ada pada cawan tersebut.
SPC = 34000
SPC = 3,4 x 104

4.3 Pembahasan
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam sppesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari pengenceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Pengenceran yang kedua ini diambil  1 ml untuk diencerkan lebih lanjut dan begitu seterusnya.
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya beberapa mikroba pada satu tabung.
Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran. Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran desimal yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5.
Tapi untuk kali ini sampel yang ingin di amati di gunakan sampel 10-3 ,     10-4 dan  10-5. Ini semua dikarenakan perkiraan koloni sampel yang akan kita amati nanti bisa dihitung pada koloni tersebut.
 Selanjutnya dari tabung ketiga, keempat, dan kelima dituang ke dalam cawan petri masing-masing 1 mL secara duplo lalu ditambahkan dengan media nutrient agar sebanyak 8-12 mL secara aseptis hingga tertutup seluruh permukaan cawan tersebut.
Setelah itu, biarkan media yang ada didalam cawan petri 10-3A, 10-4A, dan 10-5A, serta  10-3B, 10-4B, dan 10-5B memadat. Setelah padat, balut cawan petri tersebut dengan plastik wrap hingga memungkinkan tidak ada udara yang bisa masuk kedalamnya. Dan media disimpan dalam inkubator dalam keadaan terbalik selama 1x24 jam.
Setelah 1x24 jam, jumlah mikroba yang tumbuh di cawan petri diamati. Hasilnya adalah bakteri yang tumbuh pada cawan petri masih diluar hasil yang diharapkan, karena hanya satu cawan petri yang memenuhi Standard Plate Count, yaitu cawan petri 10-3A. Hal ini terjadi karena pada proses ini, bakteri baru mengalami fase lag, yang mana bakteri masih dalam fase adaptasi dan belum dapat tumbuh dengan sempurna.
Bakteri yang ditumbuhkan didalam cawan petri dibuat duplo, agar hasil yang diperoleh semakin akurat. Namun, karena masih dalam fase lag, hasilnya tidak sesuai harapan dan tidak bisa dihitung secara duplo. Secara otomatis, yang dihitung hanya bakteri pada cawan petri 10-3 A.
          Dari hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa bakteri yang tumbuh dalam seluruh cawan petri masih dalam fase lag, yang mana pada fase ini pertumbuhan jumlah individu tak nampak secara nyata. Fase lag ini juga sering disebut dengan fase adaptasi atau penyesuaian. Jadi, tidak heran bahwa ada cawan petri yang belum sama sekali di tumbuhi bakteri dan ada beberapa yang telah ditumbuhi bakteri.
          Pada cawan petri 10-5 A ditemukan 15 koloni bakteri, cawan petri 10-5 B belum ditumbuhi bakteri, pada cawan petri 10-4 B ditemukan 22 koloni bakteri, cawan petri 10-4A belum ditumbuhi bakteri, sedangkan pada cawan petri 10-3 A ditemukan 34 koloni bakteri, cawan petri 10-3 B belum ditumbuhi bakteri.
          Dari seluruh hasil yang didapat, hanya cawan petri 10-3 A yang memenuhi Standard Plate Count yaitu 34 koloni bakteri. Dan sesuai dengan aturan Standard Plate Count, “jika semua koloni pada tingkat pengenceran kurang dari 30, maka yang dihitung adalah tingkat pengenceran terkecil.” Dan “jumlah koloni yang dihitung percawan harus antara 30-300 koloni.”. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dihitung adalah bakteri yang tumbuh pada cawan petri 10-3 A, dan didapatkan hasil SPC terakhir yaitu SPC = 3,4 x 104.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Nutrien Agar (NA) merupakan medium yang memiliki sumber nitrogen yang cukup sehingga baik untuk pertumbuhan bakteri.
2.      Pengenceran suspensi bakteri dari sampel dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan kualitas bakteri dalam jumlah yang dapat dihitung.
3.      Planting atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru. Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
4.      Pada praktikum kali ini, meski hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan, kelompok kami cukup sukses dan berkerja secara aseptis karena jumlah mikroba pada pengenceran 10-3 lebih kecil dari pengenceran 10-4.    10-3<10 sup="">-4
<10 sup="">-5
5.      Hasil akhir yang diperoleh adalah SPC = 3.4 x 104

5.2 Saran
          Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan harus bisa menguasai cara kerja yang akan dikerjakan. Selain itu, ketelitian juga perlu ditingkatkan mengingat pada beberapa praktikum yang telah dilakukan masih ada saja kesalahan dalam melakukan langkah kerja. Lalu, praktikan harus meninggalkan kebiasaan buruk dan melakukan kebiasaan baik, serta pengerjaannya harus benar-benar aseptis.




















































 

No comments:

Post a Comment