LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
PENGENCERAN DAN PENANAMAN MIKROBA
Nama : Indra Darmawan M
NIM : J1A116038
Kelompok : 3 (Tiga)
Shift : 1 (Satu)
Asisten : Hirayati,
S.Si

Nilai
Laporan
|
Tanggal
Terima Laporan dan
|
|
Paraf
Asisten
|
||
|
|
|
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam bidang
ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala
laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam
suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita butuhkan
tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini
biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah
di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga macam
ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri
tersebut (Pelczar, 1986).
Isolasi adalah
kegiatan untuk memisahkan bakteri yang diinginkan dengan bakteri
pengkontaminan. Tahapan awal untuk isolasi adalah inokulasi. Inokulasi adalah tahapan penanaman bakteri yang
akan dikembangkan kedalam media. Penanaman ini dapat menggunakan jarum ose.
Alat yang digunakan harus steril, sehingga benar-benar isolat murni yang
didapat.
Oleh karena itu
praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui dan mengerti cara
mengisolasi pertumbuhan mikroba dengan cara yang benar dan aseptis dan dapat
mempelajari pertumbuhan mikroba.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda
yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang
bersifat netral dan yang lazim dipakai yaitu akuades dalam jumlah tertentu.
Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan
atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan.
Di sini dilakukannya pengenceran ialah
untuk untuk mendapatkan jumlah koloni yang dapat di hitung jika dilakukan dalam
suatu ruang lingkup yang terbatas.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.
Memahami persiapan dan pelaksanaan
pengenceran bertingkat suspensi bakteri
2.
Mengenal dan memahami teknik-teknik isolasi
bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perhitungan bakteri adalah suatu
cara yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada
media pembiakan. Secara mendasar, ada dua cara perhitungan bakteri, yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara
langsung, antara lain adalaha dengan membuat preparat dari suatu bahan dan
penggunaan ruang hitung. Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya
mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja. Dalam
pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan petri,
perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil, dan cara
kekeruhan atau turbidimetri. (Wheeler,1993)
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi,
untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih
dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di
dalamnya hanya terdapat bakteri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya
kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan
istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis
nutrient yang disyaratkan bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang
,menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
Teknik isolasi mikroorganisme adalah
suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya.
Pemisahan mikroorganisme dari lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh biakan
bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut
biakan murni. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lainnya yang berasal dari camouran bermacam-macam mikroba. Hal
ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba
akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya. (Nur dan Asnani, 2007)
Dikenal beberapa cara atau metode untuk
memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling
sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang
didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies
individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis
sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Menurut Hadioetomo
dan Ratna Siri (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan
murni yaitu:
1.
Metode cawan
gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yanti menghemat bahan dan waktu.
metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2.
Metode cawan
tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme adalah dengan mengencerkan specimen dalam medium agar yang telah
dicairkan dan didinginkan (±500C) yang kemudian dicawankan. Karena
konsentrasi sel-sel mikroba di dalam specimen pada umumnya tidak diketahui
sebelumnya, maka pengenceran perku dilakukan beberapa tahap sehingga
sekurang-kurangnya satu diantara cawan tersebut mengandung koloni terpisah
diatas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu
namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
3.
Teknik sebar
(spread plate)
Teknik isolasi mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media
yang akan digunakan.
4.
Teknik
pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam
spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran
ini kemudian diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari
pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium
padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh
dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu
koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika
kita belum yakin bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan
koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan
koloni ini sebagai sampel.
5.
Teknik
micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam
micromanipulator, kemudian ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian dipempatkan
dalam medium encer untuk dibiakkan.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena
semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme
saja. Teknik tersebut dikenal dengan isolasi mikroba.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari
Rabu, tanggal 12 April 2017, pukul
08.00-10.00 WIB dan 15.30-17.00 WIB serta hari kamis, tanggal 13 April 2017
pukul 16.30 sampai selesai, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Dasar
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain batang
pengaduk, cawan petri, erlenmeyer 100 mL, gelas ukur, hot plate, tabung reaksi,
rak tabung reaksi dan neraca analitik.
3.2.2 Bahan
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain aquades, roti, media NA,alkohol
70%, aluminium foil, plastik wrap, dan kapas.
3.3 Skema Kerja
Penanaman bakteri menggunakan teknik tuang/pour plate
dengan pengenceran sampel.
1.
Siapkan semua alat dan bahan
2.
Beri label pada tabung erlenmeyer
steril 10-1,
3.
Beri label pada 4 tabung reaksi
masing-masing 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5.
4.
Beri label pada cawan petri
masing-masing 10-3A, 10-4A, dan 10-5A, serta 10-3B, 10-4B, dan 10-5B,
5.
Panaskan dan sterilkan media NA beku
hingga mencair.
6.
Dingikan sampai kira-kira 550C.
7.
Tumbuk sampel roti dengan mortar
sampai halus.
8.
Ambil 5 gram sampel roti lalu tambahkan
aquades 95 mL untuk pengenceran 10-1 dan homogenkan.
9.
Ambil 1 mL dari tabung 10-1
dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-2 dan homogenkan.
10. Ambil 1 mL dari
tabung 10-2 dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-3
dan homogenkan.
11. Ambil 1 mL dari
tabung 10-3 dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-4
dan homogenkan.
12. Ambil 1 mL dari
tabung 10-4 dan tambahkan 9 mL akuades untuk pengenceran 10-5
dan homogenkan.
13. Ambil
masing-masing 1 mL sampel dari pengenceran 10-5 dan masukkan kedalam
cawan petri 10-5A dan 10-5B.
14. Ambil
masing-masing 1 mL sampel dari pengenceran 10-5 dan masukkan kedalam
cawan petri 10-4A dan 10-4B.
15. Ambil
masing-masing 1 mL sampel dari pengenceran 10-5 dan masukkan kedalam
cawan petri 10-3A dan 10-3B.
16. Masukkan media
NA sekitar 8-12 mL yang temperaturnya ±550C dan tunggu hingga
mengeras
17. Balut seluruh
cawan petri dengan plastik wrap, jangan sampai ada udara yang bisa masuk.
18. Masukkan seluruh
cawan petri yang telah dibalut dengan plastik wrap kedalam incubator dalam
posisi terbalik.
19. Amati koloni
yang timbul.
Catatan :
Dalam pengambilan sampel harus
benar-benar dilakukan secara aseptis dan bisa meminimalisasi kontaminasi yang
mungkin terjadi, pengerjaannya harus berada didekat bunsen dan jika selesai
mengambil atau menuangkan sampel langsung tutup kembali tabung reaksi atau
cawan petrinya dengan kapas. Pipet tetes tidak boleh digunakan 2x untuk sampel
yang berbeda, sebelum pengerjaan pipet tetes harus dicuci dengan alkohol 70%
serta akuades berselang-seling selama 2x. Semua alat dan media harus
benar-benar dalam kondisi steril.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
|
||
No.
|
Cawan Petri
|
Jumlah Koloni
|
1.
|
10-3 A
|
-
1 koloni berbentuk circular besar dan berwarna
putih
-
1 koloni berbentuk circular sedang dan
berwarna putih
-
32 koloni berbentuk circular kecil dan
berwarna putih
|
2.
|
10-3 B
|
-
Belum ditumbuhi mikroba
|
3.
|
10-4 A
|
-
Belum ditumbuhi mikroba
|
4.
|
10-4 B
|
-
22 koloni berbentuk circular kecil dan
berwarna putih
|
5.
|
10-5 A
|
-
15 koloni berbentuk circular kecil dan
berwarna putih
|
6.
|
10-5 B
|
-
Belum ditumbuhi mikroba
|
4.2 Analisa Hasil
10-3
|
10-4
|
10-5
|
34
|
-
|
15
|
-
|
22
|
-
|
Karena yang
memenuhi nilai SPC hanya cawan 10-3 A, maka yang dihitung hanya
jumlah koloni yang ada pada cawan tersebut.
SPC = 34000
SPC = 3,4 x 104
4.3 Pembahasan
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel pada suatu suspensi yang berupa
campuran bermacam-macam sppesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari
pengenceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang
berisi pelarut. Pengenceran yang kedua ini diambil 1 ml untuk
diencerkan lebih lanjut dan begitu seterusnya.
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga
semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah
mikroba, dimana suatu saat didapat hanya beberapa mikroba pada satu tabung.
Larutan yang digunakan untuk
pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan
asal mikroba untuk menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak
terjadi perbanyakan sel selama pengenceran. Pengenceran yang dilakukan dalam
percobaan ini adalah pengenceran desimal yaitu 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, dan 10-5.
Tapi untuk kali ini sampel yang ingin di amati di
gunakan sampel 10-3 , 10-4 dan 10-5. Ini
semua dikarenakan perkiraan koloni sampel yang akan kita amati nanti bisa dihitung
pada koloni tersebut.
Selanjutnya dari tabung ketiga, keempat, dan
kelima dituang ke dalam cawan petri masing-masing 1 mL secara duplo lalu ditambahkan
dengan media nutrient agar sebanyak 8-12 mL secara aseptis hingga tertutup
seluruh permukaan cawan tersebut.
Setelah itu, biarkan media yang ada
didalam cawan petri 10-3A, 10-4A, dan 10-5A,
serta 10-3B, 10-4B,
dan 10-5B memadat. Setelah padat, balut cawan petri tersebut dengan
plastik wrap hingga memungkinkan tidak ada udara yang bisa masuk kedalamnya.
Dan media disimpan dalam inkubator dalam keadaan terbalik selama 1x24 jam.
Setelah 1x24 jam, jumlah mikroba
yang tumbuh di cawan petri diamati. Hasilnya adalah bakteri yang tumbuh pada
cawan petri masih diluar hasil yang diharapkan, karena hanya satu cawan petri
yang memenuhi Standard Plate Count, yaitu cawan petri 10-3A. Hal ini
terjadi karena pada proses ini, bakteri baru mengalami fase lag, yang mana
bakteri masih dalam fase adaptasi dan belum dapat tumbuh dengan sempurna.
Bakteri yang ditumbuhkan didalam
cawan petri dibuat duplo, agar hasil yang diperoleh semakin akurat. Namun,
karena masih dalam fase lag, hasilnya tidak sesuai harapan dan tidak bisa
dihitung secara duplo. Secara otomatis, yang dihitung hanya bakteri pada cawan
petri 10-3 A.
Dari
hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa bakteri yang tumbuh dalam
seluruh cawan petri masih dalam fase lag, yang mana pada fase ini pertumbuhan
jumlah individu tak nampak secara nyata. Fase lag ini juga sering disebut dengan
fase adaptasi atau penyesuaian. Jadi, tidak heran bahwa ada cawan petri yang
belum sama sekali di tumbuhi bakteri dan ada beberapa yang telah ditumbuhi
bakteri.
Pada cawan petri 10-5 A
ditemukan 15 koloni bakteri, cawan petri 10-5 B belum ditumbuhi bakteri,
pada cawan petri 10-4 B ditemukan 22 koloni bakteri, cawan petri 10-4A
belum ditumbuhi bakteri, sedangkan pada cawan petri 10-3 A ditemukan
34 koloni bakteri, cawan petri 10-3 B belum ditumbuhi bakteri.
Dari seluruh hasil yang didapat, hanya
cawan petri 10-3 A yang memenuhi Standard Plate Count yaitu 34
koloni bakteri. Dan sesuai dengan aturan Standard Plate Count, “jika semua koloni pada tingkat pengenceran
kurang dari 30, maka yang dihitung adalah tingkat pengenceran terkecil.”
Dan “jumlah koloni yang dihitung percawan
harus antara 30-300 koloni.”. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dihitung
adalah bakteri yang tumbuh pada cawan petri 10-3 A, dan didapatkan
hasil SPC terakhir yaitu SPC = 3,4 x 104.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Nutrien Agar (NA) merupakan medium yang memiliki
sumber nitrogen yang cukup sehingga baik untuk pertumbuhan bakteri.
2.
Pengenceran suspensi bakteri dari sampel
dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan kualitas bakteri dalam jumlah yang
dapat dihitung.
3.
Planting atau penanaman bakteri adalah
proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru. Pada penanaman
bakteri dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses,
untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
4.
Pada praktikum kali ini, meski hasilnya
belum sesuai dengan yang diharapkan, kelompok kami cukup sukses dan berkerja
secara aseptis karena jumlah mikroba pada pengenceran 10-3 lebih
kecil dari pengenceran 10-4.
10-3<10 sup="">-4
5.
Hasil akhir yang diperoleh adalah SPC =
3.4 x 104
5.2 Saran
Sebelum
melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan harus bisa menguasai cara kerja
yang akan dikerjakan. Selain itu, ketelitian juga perlu ditingkatkan mengingat
pada beberapa praktikum yang telah dilakukan masih ada saja kesalahan dalam
melakukan langkah kerja. Lalu, praktikan harus meninggalkan kebiasaan buruk dan
melakukan kebiasaan baik, serta pengerjaannya harus benar-benar aseptis.
No comments:
Post a Comment